popup

Friday, December 29, 2017

Suhu dan Kalor



A. Suhu

Suhu merupakan suatu besaran yang menunjukkan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Alat untuk mengukur suhu disebut termometer.




B. Jenis-jenis Termometer

Termometer dibuat berdasarkan sifat termometrik bahan, yaitu kepekaan bahan terhadap perubahan suhu atau perubahan besaran fisika akibat perubahan suhu. Beberapa contoh perubahan besaran fisika yang dapat digunakan untuk membuat termometer adalah pemuaian zat cair dalam pipa kapiler, perubahan hambatan listrik kawat platina, pemuaian keping bimetal, dan perubahan tekanan gas pada volume tetap.

Termometer zat cair yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah termometer yang bahan pengisinya zat cair, misalnya raksa. Pada umumnya zat cair memiliki pemuaian yang tidak teratur. Misalnya, air apabila dipanaskan dari suhu 0oC – 4oC volumenya justru menyusut. Akan tetapi, raksa memiliki pemuaian yang teratur.

a)     Termometer Raksa

Termometer raksa adalah termometer yang bahan pengisinya adalah raksa. Sebagai contoh termometer raksa adalah termometer skala Celsius. Raksa dalam termometer akan memuai apabila dipanaskan. Pemuaian ini menyebabkan raksa mengisi pipa kapiler dan menunjuk pada skala tertentu. 



b)    Termometer Alkohol

Alkohol juga dapat digunakan sebagai bahan pengisi termometer.Beberapa keuntungan apabila alkohol digunakan sebagai bahan pengisi termometer adalah

o  jika dibandingkan dengan raksa, alkohol lebih murah

o  pemuaiannya teratur

o  titik beku alkohol sangat rendah (–115oC) sehingga termometer alkohol dapat digunakan untuk mengukur suhu rendah.

Adapun kerugian menggunakan raksa sebagai bahan pengisi termometer adalah

o    membasahi dinding;

o    titik didih alkohol sangat rendah (–78oC) sehingga pemakaiannya menjadi terbatas

o    kalor jenisnya besar sehingga perlu perubahan panas yang besar untuk mengubah suhu.



c)     Termometer Klinis     

Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia. Oleh karena itu, termometer ini sering disebut termometer suhu badan. Bagian-bagian dari termometer klinis adalah tabung raksa, bagian yang menyempit, dan pipa kapiler. Zat cair yang digunakan untuk bahan pengisi termometer ini adalah raksa. Skala termometer klinis memiliki jangkauan di atas dan di bawah suhu rata-rata tubuh manusia, yaitu 37oC. Suhu terendah tubuh manusia tidak pernah kurang dari 35oC dan tidak pernah lebih dari 42oC sehingga skala termometer klinis terletak antara 35oC dan 42oC.

Untuk mengukur suhu badan, termometer klinis ditempatkan di bawah lidah atau dijepit pada ketiak. Setelah beberapa saat, termometer diambil dan raksa dalam tabung menjadi dingin dan menyusut. Dengan adanya bagian yang menyempit, raksa di dalam pipa kapiler tidak dapat memasuki tabung dan tetap menunjukkan skala tertentu, misalnya 37oC.



d)     Termometer Dinding 

Termometer dinding digunakan untuk mengukur suhu ruang. Sesuai dengan namanya, termometer ini dipasang pada dinding ruangan. Skala termometer ini memiliki jangkauan suhu yang dapat terjadi dalam ruang, misalnya –50oC sampai 50oC.



C. Skala Termometer


1. Termometer Skala Celcius
Skala Celcius merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Skala ini ditetapkan oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Swedia bernama Anders Celcius (1701 – 1744). Ia menetapkan titik beku air sama dengan 0 derajat sebagai titik tetap bahwa, dan titik didih air sama dengan 100 derajat sebagai titik tetap atas. Di antara jarak kedua titik tersebut dibagi menjadi 100 satuan derajat. Skala Celcius memiliki satuan derajat Celcius yang ditulis 0C.
2. Termometer Skala Fahrenheit
Skala Fahrenheit ditetapkan oleh Gabriel Daniel Fahrenheit (1686 – 1736), seorang ilmuwan fisika berkebangsaan Jerman. Ia menetapkan titik beku air sama dengan 320 dan titik didih air sama dengan 2120 . Di antara jarak kedua titik tetap tersebut dibagi menjadi 180 satuan derajat. Penulisan nilai suhu, misalnya 100 derajat fahrenheit, cukup ditulis 100 0F. Skala Fahrenheit banyak dipakai dinegara-negara Eropa dan Amerika.
3. Termometer Skala Reamur
Skala Reamur adalah skala suhu yang dinamakan oleh Rene Antoine Ferchault de Reamur, yang pertama mengusulkannnya pada 1731. Titik beku air adalah 0 derajat Reamur, titik didih air 80 derajat, serta memiliki 80 satuan derajat, penulisan nilai suhu skala Reamur, misalnya 40 dejarat Reamur, ditulis 400R skala ini mulanya dibuat dengan alkohol, jadi termometer Reamur yang dibuat dengan raksa sebenarnya bukan termometer Reamur sejati. Skala Reamur digunakan secara luas di Eropa, terutama di Perancis dan Jerman, tapi kemudian digantikan oleh Celcius. Saat ini skala Reamur jarang digunakan kecuali di Industri permen dan keju.
4. Termometer Skala Kelvin
Lord Kelvin (1824 – 1907) adalah ilmuwan berkebangsaan Inggris yang menetapkan skala Kelvin. Skala Kelvin ditetapkan berdasarkan perhitungan bahwa ada suhu minimal di alam ini. Hal tersebut didukung oleh teori kinetik partikel bahwa pada suhu nol mutlak, partikel-partikel semua zat praktis tidak bergerak. Suhu nol mutlak tersebut sama dengan -273,15 0C, biasanya dibulatkan menjadi -273 0C. Pada skala Kelvin, titik beku air adalah 273 K dan titik didihnya 373 K. Skala kelvin memiliki satuan Kelvin, ditulis 0K.





D. KALOR

kalor adalah energi yang berpindah dari satu benda ke benda lain karena adanya perbedaan suhu.

Satuan kalor adalah dalam SI adalah Joule. Satuan yang lain adalah kalori. Satu kalori (1 kal) didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu gram air sebesar satu derajat Celsius.

1 kalori = 4,2 joule

1 joule = 0,24 kalori.



Kalor jenis suatu benda dapat didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 kg suatu zat sebesar 1oK. Kalor jenis menunjukkan kemampuan suatu benda untuk menyerap kalor. Semakin besar kalor jenis suatu benda, semakin besar pula kemampuan benda tersebut untuk menyerap kalor

c = Q / (m x ∆T)

c = Kalor jenis benda (J/KgoK)

Q = Jumlah kalor yang diperlukan (J)

m = Massa benda (Kg)

∆T = perubahan suhu (oK)

Sedangkan Kapasitas Kalor adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur suatu zat sebesar 1o K. Satuan kapasitas kalor J/oK

C = Q / ∆T             atau                C = m x c







D. ASAS BLACK

Bila dua zat yang suhunya tidak sama dicampur maka zat yang bersuhu tinggi akan melepaskan kalor sehingga suhunya turun dan zat yang bersuhu rendah akan menyerap kalor sehingga suhunya naik sampai terjadi kesetim-bangan termal. Karena kalor merupakan suatu energi maka berdasar hukum kekekalan energi diperoleh kalor yang dilepaskan sama dengan kalor yang diserap. Konsep tersebut sering disebut dengan azaz Black, yang secara matematis dapat dinyatakan:

Qlepas = Qterima














PENGARUH KALOR



1.     PERUBAHAN SUHU

Jumlah kalor yang diterima zat sebanding dengan perubahan suhunya. Artinya, apabila kalor yang diterima semakin besar perubahan suhunya juga semakin besar.

Q = m x c x ∆T

            Q = Jumlah kalor yang diserap atau dilepas (J atau Kal)

            m = massa benda yang dipanaskan (Kg atau gram)

            c = Kalor jenis benda (J/Kgo.C atau Kal/gram.oC)

            ∆T = Perubahan suhu  (oC)



2.     PERUBAHAN WUJUD

Perubahan wujud zat bergantung pada jumlah kalor yang diterima atau jumlah kalor yang dilepaskan oleh zat yang bersangkutan. Suatu zat dapat berubah menjadi tiga wujud zat, di antaranya cair, padat, dan gas. Perubahan wujud zat ini diikuti dengan penyerapan dan pelepasan kalor.












Perubahan wujud yang disertai dengan penyerapan kalor adalah mencair, menguap, deposisi. Sedangkan Perubahan wujud yang disertai dengan pelepasan kalor adalah mengembun, membeku, dan menyublim.

pada saat zat mengalami perubahan wujud, suhu zat tersebut tetap, sehingga selama terjadi perubahan wujud zat seakan-akan kalor tersebut disimpan. Kalor yang tersimpan tersebut disebut kalor laten, yang diberi lambang "L"

Kalor laten merupakan kalor yang dibutuhkan 1 kg zat untuk berubah wujud.

            Q = m x L

            Q = Jumlah kalor yang diserap atau dilepas (J)

            m = massa benda yang dipanaskan (Kg)

            L = Kalor Laten (J/Kg)

Gambar dibawah ini adalah grafik yang menyatakan jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda dari keadaan A – E.


Jumlah kalor yang diperlukan dalam masing-masing fase adalah:


1.    A – B à Q1 = m x c x ∆T      (terjadi kenaikan suhu)

2.    B – C à Q2 = m x L              (terjadi perubahan wujud dari padat à cair)

3.    C – D à Q3 = m x c x ∆T     (terjadi kenaikan suhu)

4.    D – E à Q4 = m x L              (terjadi perubahan wujud dari cair à gas)

Qtotal = Q1 + Q2 + Q3 + Q4


















3.     PEMUAIAN

A.   PEMUAIAN PANJANG

sebuah benda yang memiliki panjang L0 pada temperatur T akan mengalami pemuaian panjang sebesar ΔL jika temperatur dinaikan sebesar  ΔT.

ΔL = L0  x α x ΔT

LT = L0  +  ΔL

LT = L0  ( 1 +  (α x ΔT))

ΔL = Pertambahan panjang (m)

L0  = Panjang mula-mula (m)

LT  = Panjang akhir / pada suhu T (m)

α   = Koefisien muai panjang (/oC)

ΔT = perubahan suhu (oC)



B.   PEMUAIAN LUAS

Jika zat padat tersebut mempunyai 2 dimensi (panjang dan lebar), kemudian dipanasi tentu baik panjang maupun lebarnya mengalami pemuaian atau dengan kata lain luas zat padat tersebut mengalami pemuaian.

ΔA = A0  x β x ΔT

AT = A0  +  ΔA

AT = A0  ( 1 +  (β x ΔT))

Dimana         β = 2 x α

ΔA = Pertambahan luas (m2)

A0  = Luas mula-mula (m2)

AT  = Luas akhir / pada suhu T (m2)

β   = Koefisien muai luas (/oC)

ΔT = perubahan suhu (oC)



C.   PEMUAIAN VOLUME

Zat padat yang mempunyai bentuk ruang, jika dipanaskan mengalami pemuaian volum.

ΔV = V0  x γ x ΔT

VT = V0  +  ΔV

VT = V0  ( 1 +  (β x ΔT))

Dimana         γ = 3 x α

ΔV = Pertambahan Volume (m3)

V0  = Volume mula-mula (m3)

VT  = Volume akhir / pada suhu T (m3)

γ   = Koefisien muai volume (/oC)

ΔT = perubahan suhu (oC)



PERPINDAHAN KALOR



Perpindahan kalor atau perambatan kalor terjadi dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Kalor dapat merambat dengan tiga cara, di antaranya secara konduksi (hantaran), secara konveksi (aliran), dan secara radiasi (pancaran).

1.  KONDUKSI

Adalah perpindahan kalor melalui zat perantara dimana partikel-partikel zat perantara tersebut tidak berpindah. Berdasarkan daya hantar panasnya maka zat dikelompokkan menjadi dua yaitu konduktor dan isolator.

a. Konduktor (zat yang dapat menghantarkan panas dengan baik) antara lain: tembaga, aluminium, besi, dan baja.

b. Isolator (zat yang kurang baik menghantarkan panas), antara lain: kaca, karet, kayu, dan plastik.

Besarnya Kalor yang mengalir dalam batang konduktor per satuan waktu dapat dinyatakan:







       Keterangan:

       H = Jumlah kalor yang merambat per satuan waktu (J/s)

       Q = Kalor yang merambat (J)

       t  = lama / waktu kalor merambat (s)

       k  = Koefisien konduksi termal (J/m.s.K)

       A = luas penampang batang konduktor (m2)

ΔT = perbedaan suhu (oK)

L  = panjang batang konduktor (m)

Dalam kehidupan sehari-hari, contoh peristiwa konduksi ini dapat Anda temukan saat Anda memasak makanan. Panci yang digunakan untuk memasak akan mendapatkan panas atau kalor di setiap bagiannya, walaupun bagian panci yang terkena api hanyalah di bagian bawahnya.



2.  KONVEKSI

Perambatan kalor yang disertai perpindahan massa atau perpindahan partikel- partikel zat perantaranya disebut perpindahan kalor secara aliran atau konveksi. Rambatan kalor konveksi terjadi pada fluida atau zat alir, seperti pada zat cair, gas, atau udara.

Besarnya kalor yang merambat tiap satuan waktu adalah:



       H = h x A x ΔT

Keterangan:

       H = Jumlah kalor yang merambat per satuan waktu (J/s)

       h  = Koefisien konveksi termal (J/m2.s.K)

       A = luas penampang batang konduktor (m2)

ΔT = perbedaan suhu (oK)

Penerapan peristiwa konveksi dalam kehidupan sehari-hari adalah pada peristiwa pemasakan air, terjadinya angin darat dan laut, dan lain-lain.



3.  RADIASI

Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa zat perantara. Perpindahan kalor dari matahari ke bumi terjadi lewat radiasi (pancaran).

besarnya energi per satuan luas per satuan waktu yang dipancarkan oleh benda yang bersuhu T, adalah:



W = e x σ x T4

Keterangan:

       W = energi yang dipancarkan per satuan luas per satuan waktu (watt/m2)

       σ  = konstanta Stefan–Boltzmann = 5,672 × 10-8 watt/m2K4,

T = temperatur mutlak benda (K), dan

e = koefisien emisivitas (0 < e 1), untuk benda hitam e = 1.


0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak dan sopan